Jumat, 15 Juli 2016

Kalian Manusia Anjing, Kalian Manusia Syetan

Aku saat ini bagaikan bukan diriku.
50% iblis dan 50% diriku sendiri.
Bahkan aku tidak tahu arah mana melangkah.
Seperti tertutup kabut hitam pekat.


Rasanya seperti diajtuhkan dari awan.
Terbang tak jelas arah tak menentu.
Kemana saja hati ini terpecah belah.
Bahkan rasanya ingin segera berakhir.

Entah kemana larinya teman dan sahabat.
Tak kunjung datang hingga kini.
Bahkan kekasihpun terasa hambar.
Seerti memberi cinta tanpa isi.

Kadang lamunanku membawaku pergi.
Jauh, menjelajahi alam tana batas.
Melewati angan dan harapan baru.
Dengan bahan bakar berupa dendam.

Harus diapakan wahai Tuhan?
Harus berjalan dimana kini langkahku.
Hampir setia malam tidurku terganggu.
Makanku tak dicerna dengan baik.
Dan terasa ingin muntah kembali.

Bebanku memang lain dari yang lain.
Bahkan ketika mereka bilang ini masih ringan.
Ini berat untukku, ini bukan untukku.
Dan Tuhan, ini batasku, aku lelah.

Aku belum siap untuk matu,
Aku masih ingin hidup beberapa lama lagi.
Hidup untuk mencari bekal bertemu Engkau, Tuhan
Dan hidup untuk melihat sejauh mana aku bertahan

Salahkah jika aku mengeluh?
Salahkan jika aku ingin menyerah?
Aku ingin kuat ya Tuhan,
Aku ingin semua terlewati
Bukan dengan langkah akhir, namun dengan langkah baru

Apa gunanya tenaga, waktu dan kesehatan ini?
Jika ternyata aku jatuh dan menyerah
Memilih pulang sebelum saatnya
Aku tidak ing disebut badut pecundang
Seorang berwajah ceria, berhati duri

Mana larinya aku sekarang?
Bahkan sang kekasih kini terasa hanya tekanan
Membuatku masuk ke sudut lebih dalam
Masuk dalam sunyi yang gelap gulita
Tana badai bercahaya, tanpa tahu akan berlalu

Aku sudah lelah mengeluh lewat sikaku
Aku lelah mengeluh pada sesama manusia
Aku ingin mengeluh denganmu Tuhan
Aku terlalu salah mengeluh dengan mereka
Bahkan salah, dengan kekasihku

Mereka, kekasih dan lainnya
Hanya akan mendengar, tanpa berbuat
Mereka hanya bisa berkata "SABAR"
Entah aa sebenarnya mereka tahu tentang "SABAR"
Mereka tidak tahu, tidak tahu yang ini Tuhan

Apa semua ini pasti berlalu Tuhan?
Apa aku sanggu merubah hidupku?
Memulai jalan lurus tanpa lubang
Berjalan santai menata hidup lebih baik
Apakah tidak bisa kesalahan masa lalu dihapus?

Tuhan, rasanya sangat kotor
Tidak bisa bersih, aku hanya ingin baru
Ingin seperti baru dilahirkan
Mulai tanpa noda hitam besar
Namun mereka terus saja mengingat lubang hiduku

Mereka tidak tahu dan tidak percaya
Bahkan, ada sebagian mengedip mata
Tanda tak yakin akan erubahanku
Lalu, harus apa aku, Tuhan?
Apa harus lari jauh?

Apa aku harus kabur dari lingkungan saat ini?
Lari ketempat baru, dimana tak ada yang tahu siapa aku
Dimana disana aku bisa hidup bersih
Tanpa noda, tanpa kesalahan yang diungkit-ungkit
Memang Tuhan, mereka itu hanya bisa menuntut

Mana tahu mereka rasanya menyesal
Rasanya terpuruk masuk dalam jurang
Rasanya melakukan kesalahan
Hingga menyesel tak diamuni
Tak diberi kesempatan untuk merubah

Aku berjanji Tuhan,
Kalau habis kasih sayang teman dan sahabat
Bahkan habis kasih sayang sang kekasih
Aku ingin pergi, aku ingin menjauh
Semoga hidu mereka akan lebih tenang
Tanpa dihantui kesalahanku dimasa lalu

Mereka tak akan mencariku
Mereka hanya akan menganggapku konyol
Konyol karena lari dari kesalahan
Padahal merekalah yg lebih konyol
Merasa dirinya seperti Tuhan
Tak mau memberi kesempatan untuk berubah

Selamat tinggal, 
Salam, Marwan Saputra