Minggu, 25 Januari 2015

Kekhawatiranku Berlebihan



Dear Diary,
Sore tadi baru saja tangan ini bisa meraba wajah itu kembali. Ya dia kembali dan bertemu denganku. Jarak memang jauh namun dia tetap menyempatkan waktu untuk pulang dan melihatku disini.
Dia baik dan perhatian. Bahkan penuh perhatian. Kita bercanda bersama, mengobrol, tertawa, jalan – jalan dan makan bersama seperti biasa. Tidak ada yang berbeda dari dia, dia tetap ayah yang aku kenal. Ayah yang aku sayang dan ayah yang aku cinta.
Malam ini entah kenapa, perasaan mendadak buruk. Aku yang baru saja mendapat hadiah ultang tahun, ya hadiah kecil yang sangat berharga ,mendadak ingin menangis. Sempat beberapa menit yang lalu kita ribut hanya karna aku terlalu mengkhawatirkan keadaan kamu yang disana. Aku hanya mengucapkan sesuatu yang aku takutkan. Aku takut kehilangan sosok seperti kamu, namun ucapanku salah sampai – sampai kamu marah dan enggan untuk membuat aku tersenyum lagi.
Kamu menyuruh aku tidur dan beristirahat detik itu juga. Tapi, aku bukan orang yang gampang membuang dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Sekarang entah kenapa perasaanku mendadak buruk dan aku memutuskan untuk menulis diary di blog ini.

Ayah, bunda gak tahu ini perasaan apa tapi bunda seperti mengkhawatirkan sesuatu, Kenapa ayah diam? kenapa ayah gak nyoba tenangin bunda? bunda tahu ayah masih malas buat menghubungi bunda yang baru saja bikin ayah marah. Yah, aku takut kehilangan ayah, sampai - sampai kekhawatiranku membuat ayah marah dan muak seperti tadi. 
Ayah, ayah sekarang lagi apa? bunda gak bisa tidur. perasaan bunda sama sekali gak tenang. Bunda pengen ayah tetap disini, gak kemana - kamana. Kapan ya ayah bunda bisa ikut ayah kemanapun dan kapanpun.

Apa ayah sekarang udah berangkat? kenapa gak ngasih kabar?  gak tahu kenapa aku lebih sensitif saat kita jauh seperti ini. Ayah, bunda nunggu kabar dari ayah :(